BukuKhazanah Andalus (Menguak Karya Monumental Alfiyah Ibnu Malik) yang ditulis dua ulama NU yakni Gus Wafi Maimoen dan Gus A Bahauddin hadir untuk menyuguhkan arabic grammar yang lengkap dan standar.Lengkap dengan teks Alfiyah plus selingan pesan moral. Bait-baitnya diterjemahkan secara harfiah bukan konklusif apalagi reduktif. Pada penjelasannya, Khazanah Andalus mengaplikasikan teori-teori DownloadKumpulan Matan Alfiah Ibnu Malik Mp3 dengan pembaca yang berbeda-beda dalam format Audio Mp3. Upload By Kitab Kuning Info Like us on Facebook : Kitab Kuning AlFiyah Kitab Kuning download. 22.0M . Alfiah Ibnu Malik_1 download. 21.7M . Alfiah Ibnu Malik_2 DaftarIsi Kitab Alfiyyah Ibn Malik. Bait 1-7 Alfiyah Ibnu Malik: Muqoddimah. Bait 2-14 Alfiyah: Bab Kalam. Bait 15-51 Alfiyah: Bab Mu'rab dan Mabni. Bait 52-71 Kitab Alfiyah: Bab Nakirah dan Ma'rifah. Bait 72-81 Nadhom Alfiyah: Bab Isim 'Alam. Bait 82-87 Lirik Alfiyah Ibnu Malik: Bab Isim Isyarah. 43 I'rob Bait ke-36 dan 37, Isim-Isim yang Mulhaq Jamak Mudzakkar Salim (Alfiyah Ibnu Malik) - Ustadz Agus WaluyoUntuk bisa mempelajari Alquran, hadits sert UraianIbnu Malik dalam Alfiyah-nya mungkin lebih lengkap dan detail dari karya Ibnu Mu'thi, tapi karya pendahulu tetap lebih penting karena memberi dasar-dasar rintisan bagi karangan ulama berikutnya. Cerita tersebut juga mengingatkan kita tentang pentingnya tetap dalam ketawadukan. Capaian puncak prestasi tertentu, sehebat apapun Danjuga orang yang hafal Alfiyah itu punya daya tarik tersendiri.Wallohu a'lam. Banyak sekali versi yang tersebar tentang 2 bait tambahan dalam nadzom Alfiyah Ibnu Malik, salah satunya diceritakan dengan jelas dalam Syarah Alfiyah itu sendiri, yakni dalam kitab Qodhi Al-qudhot. Namun inti nya sama, yakni cerita yang mengandung pesan tentang Dalambait pertama nadhom Alfiyah bab mukadimah (pendahuluan), Ibnu Malik menggunakan lafaz قال yang merupakan fi'il madhi yang di dalamnya terkandung masa lampau atau sudah terjadi. Hal ini sangat berbeda dengan karangan-karangan para ulama lain, yang lazimnya menggunakan lafaz fi'il mudhori yang di dalamnya terkandung masa yang sedang E2ZmA. Dalam dunia kepesantrenan, kajian bahasa arab tentu menjadi sebuah aspek yang sangat wajib untuk dipelajari. Bahkan memang dunia pesantren sudah identik dengan bahasa arab. Dalam pembelajaran bahasa Arab, tentu setiap kiai atau muallim biasanya memiliki kitab pegangan dalam mengajari santrinya bahasa arab. Nah salah satu kitab pegangan dalam pembelajaran bahasa arab, khususnya pembelajaran tingkat mahir adalah kitab apa sih sebenarnya kitab alfiyah itu, siapa pengarangnya dan bagaimana biografinya? Serta apa saja isinya? Penasaran? Simak ulasan kami berikut ini!PengertianBiografi PengarangIsi KitabHarga KitabPenutupKitab Alfiyah secara bahasa merupakan isim nisbah dari kata alfun yang memiliki arti seribu. Dinamakan alfiyah karena memang kitab ini berisikan 1000 nadzom syair tentang ilmu nahwu dan sharaf. Meskipun begitu jumlah nadzomnya tidak 1000, akan tetapi berjumlah 1002 nadzom. Yang mana 2 bait tambahan tersebut memiliki kisah yang luar biasa .Dalam menulis kitab ini, Ibnu Malik terinspirasi dari almarhum sang guru, Syekh Ibnu Mu’thiy, yang sudah terlebih dahulu menyusun sebuah nadzom yang berjumlah 500 bait. Karya Syekh Ibnu Mu’thiy itu, “Alkaafiyah”, masyhur disebut “Alfiyah Ibn Mu’thiy”. Disebut Alfiyah, karena terdiri dari 1000 satar. Adapun satar yaitu setengah bagian dari satu Dibalik Penambahan 2 NadzomTerkait tambahan 2 nadzom dalam muqoddimah, ada cerita menarik dibalik penambahan 2 bait tersebut. Tentang arti dari sebuah rasa bangga, tentang ta’dzim sang penulis yaitu Ibnu Malik kepada sang guru, tentang tulusnya sebuah karya, juga tentang adab terhadap guru yang sudah berpulang ke ketika beliau sudah mantap menyimpan semua gambaran nadzom Alfiyah dalam memori otaknya, beliau pun memulai untuk menulis untaian nadzom yang indah tersebut. Hingga pada saat beliau menulis bait ke lima, bagian satar ke sepuluh yang berbunyi;وتَقتضِى رضًا بغير سخطٍ فائقةً ألفيّةً ابن معطىArtinya Dan kitab Alfiyah itu akan menarik keridhoan yang tanpa didasari kemarahan Dan kitab Alfiyah ini lebih unggul dari kitab Alfiyahnya Ibnu Mu’ semua hafalan dalam memori Imam Ibnu Malik lenyap. Beliau tidak ingat satu huruf pun. Imam Ibnu Malik pun merasa cemas, sedih, bingung, dan tak tahu apa yang harus beliau lakukan. Hingga akhirnya beliau tertidur pulas dan bermimpi bertemu seorang kakek yang berpakaian serba itu menepuk pundak Syekh Ibnu Malik sambil berkata, “Wahai anak muda, bangunlah! Bukankah kamu sedang menyusun sebuah kitab?”“Iya kek,” seketika Imam Ibnu Malik terbangun. “Namun aku lupa semua hafalanku, sehingga aku tak mampu tuk melanjutkannya” itu pun bertanya, “sudah sampai mana kamu menulisnya?”“Baru sampai bait kelima”, beliau menjawab sambil membacakan bait yang terakhir. “Bolehkah aku melanjutkan hafalanmu,?” tanya kakek tersebut.“Tentu saja,” jawab Imam Ibnu Malik. Kakek itupun membacakan sepasang baitفائقةً من نحو ألف بيتي والحيّ قد يغلب ألف ميّتيArtinya Seperti halnya mengungguli dalam seribu bait Orang yang masih hidup, terkadang mengalahkan 1000 orang yang sudah setelah mendengar satu bait yang diucapkan oleh kakek tersebut, Syekh Ibnu Malik pun terbangun dan beliau pun menyadari satu hal, bahwa kakek dalam mimpinya itu tak lain adalah gurunya sendiri, Syekh Ibnu Mu’thiy yang dengan jelas menegur Syekh Ibnu Malik dengan sindiran di bait juga sadar, bahwa ungkapan bangga yang beliau ungkapkan dalam bait kelima tersebut ternyata merupakan perasaan takabbur yang timbul dari nafsunya, perasaan yang secara tidak langsung telah menerobos sebuah adab, akhlaqul karimah seorang murid kepada akan hal itu, Imam Ibnu Malik pun bertaubat kepada Sang pencipta atas rasa takabburnya. Beliau juga hendak meminta maaf kepada Imam Ibnu Mu’thiy, beliau berziarah ke makam Syekh Ibnu Mu’thiy. Selepas berziarah, beliau pun hendak melanjutkan karangan tersebut dengan menambahkan 2 bait di bagian mukadimah yang pada awalnya tidak masuk dalam rencana, dengan harapan bahwa hafalannya akan pulih bait tersebut berbunyi seperti iniوهو بسبق حائز تفضيلا مستوجب ثنائي الجميلاوالله يقضي بهبات وافرة لي وله في درجات الآخرةArtinya Dan dia Imam Ibnu Mu’thiy memang lebih dahulu dan mendapatkan keunggulan. Dia juga pantas mendapatkan pujian legitimasi yang sangat baik Allah memberikan anugerah yang sempurna untukku dan juga beliau dalam derajat yang tinggi di akhirat ajaib, semua memori hafalan nadzom yang ingin beliau tulis itu pun kembali tergambar jelas di otak dan hatinya. Beliau pun sangat bersyukur dan kemudian melanjutkan karangannya. Hingga akhirnya terciptlah sebuah kitab gramatika bahasa arab yang melegenda dan diakui keunggulann dan kelebihannya oleh para kelebihannya, banyak ulama menulis kitab syarah untuk Alfiyah, dan dari syarah-syarah itu, para ulama kemudian menuliskan kitab khasyiah yang membahas lebih mendalam kitab syarah. Di antara kitab syarah dari Alfiyah Ibnu Malik yang terkenal adalah Syarh Ibnu Aqil karya Jamaluddin Muhammad Ibnu Abdillah bin malikTashil al-Fawaid dan Nazham Alfiyah karya Al MuradiAudhal al-Masalik karya Ibnu HisyamManhaj al-Salik karya al-AsymuniDan masih banyak lagiSedangkan judul-judul kitab khasyiah yang masyhur antara lain Khasyiah Al-Khudhoriy atas Ibnu Aqil, Khasyiah Ash-Shobban atas syarh Al-Asymuniy, Khasyiah Ibnu Hamdun atas syarh Al-Makudiy,Dan masih banyak lagiBiografi PengarangIbnu Malik Ibnu Malik memilki nama lengkap Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad ibnu Abdulloh ibnu Malik al-Tha’i al-Jayyani al-Andalusi. Beliau lahir pada tahun 1203 M bertepatan dengan 600 H di kota Jayyan, salah satu kota utama di Andalusia Spanyol bagian Selatan 1203 M. Sejak kecil ia dikenal sebagai anak yang cerdas dan rajin belajar. Sehingga tak heran beliau berhasil menghafal al Quran dan ribuan hadis di usia yang masih sangat dengan bertambahnya usia, Ibnu Malik sangat rajin dan penuh semangat. Ia berhasrat mendalami ilmu-ilmu keislaman yang populer di masanya, seperti Hadis dan Tafsir. Namun karena situasi politik yang kurang mendukung, Ibnu Malik harus rela meninggalkan kota kelahirannya -Jayyan pada 1246 M jatuh ke tangan tentara Castella- dan memilih untuk hijrah ke Damaskus, Ibnu Malik justru memalingkan orientasi belajaranya. Awalnya hendak memperdalam ilmu Hadis dan Tafsir, tetapi belakangan cenderung ke ilmu nahwu dan shorof. Perubahan orientasi keilmuan Ibnu Malik dilatari oleh rasa ingin tahu tentang fenomena struktur bahasa Arab yang ia temui berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Padahal, gramatikal arab sangat penting perannya dalam memahami al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber puas mendalami ilmu nahwu dan shorof di Damaskus, Ibnu Malik melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke kota Hallab Aleppo; Syiria Utara. Di kota ini Ibnu Malik belajar kepada Muwaffiquddin ibnu Ya’isy dan Ibnu Amri’un kecakapannya mengkomparasikan teori-teori nahwu-shorof madzhab Iraq, Syam Masyriq dan Andalusia Maghrib, karir intelektual Ibnu malik kian diperhitungkan. Ia di kenal dan dinobatkan sebagai taj’ulama an-Nuhat mahkota ilmu nahwu. Ia kemudian diangkat menjadi dosen di madrasah kota Hamat selama beberapa itu namanya mulai tersohor. Sultan al-Maliku as-Sholih Najmuddin al-Ayyubi, seorang penguasa Mesir, meminta Ibnu Malik mengajar di Kairo Mesir. Ia menetap di Kairo untuk beberapa tahun hingga akhirnya kembali ke Damaskus. Di kota ini, sampai akhir hayatnya, Ibnu Malik menggembleng murid-muridnya yang terkenal, seperti Badruddin Ibnu Malik, Ibnu Jama’ah, Abu Hasan al-Yunaini, Ibnu Nahhas, dan imam kitab alfiyahnya yang melegenda, Ibnu Malik juga sejatinya menulis dan mengarang beberapa kitab yang hampir semuanya dalam bidang linguistik. DiantaranyaAl-Muwashal Fi Nadzm al-Mufashsal,Sabk al-Mandzum wa-Fakk al-Makhtum,Ikmal al-Alam bi Mutslats al-Kalam,Lamiyah al-Afal wa-Syarhuha,Al-Muqoddimah al-Asadiyah,Iddah al-Lafidz wa-umdah al-Hafidz,Al-Itidha fi az-Zha wa ad-DhadIrab Musykil al BukariIsi KitabSebagaimana yang sudah disinggung di awal, kitab ini merupakan kitab yang berbentuk nadzom-nadzom. Nadzom-nadzom tersebut nantinya terbagi menjadi 80 bab dengan tambahan 1 bab muqoddimah dan 1 bab khotimah. Sehingga total keseluruhannya ada 82 bab. Berikut daftar isi dari kitab alfiyah Ibnu MalikMuqaddimahBab Kalam dan SusunannyaBab Mu’rab dan MabniyBab Nakiroh dan Ma’rifahBab Isim AlamBab Isim IsyarahBab Isim MaushulBab Ma’rifah dengan Adat Ta’rifBab Ibtida’Bab Kana dan Saudari-saudarinyaBab Maa, Laa, Laata, dan In yang beramal LaisaBab Af’aalul MuqaarabahBab Inna dan Saudari-saudarinyaBab Laa Untuk Menafikan JenisBab Zhanna dan Saudari-saudarinyaBab A’lama dan AraaBab Isim Faa’ilBab Naa-ibul Faa’ilBab IsytighaalBab Fi’il Muta’adiy dan Fi’il LaazimBab Tanaazu’ Dalam AmalBab Maf’ul MuthlaqBab Maf’ul LahBab Maf’ul Fiih ZharafBab Maf’ul Ma’ahBab Istitsna’Bab HaalBab TamyiizBab Huruf JarrBab IdhaafahBab Mudhof kepada Ya’ MutakallimBab Amal MashdarBab Amal Isim Faa’ilBab Binaa’ MashdarBab Binaa’ Isim Faa’il, Binaa’ Isim Maf’uul dan Binaa’ Shifat MusyabbahBab Shifat yang Menyerupai Isim Faa’ilBab Ta’ajjubBab Ni’ma, Bi-sa dan Maa yang Berlaku Seperti KeduanyaBab Af’aalut TafdhiilBab Na’atBab TaukidBab AthafBab Athaf NasaqBab BadalBab Nidaa’Bab Fashl Tentang Taabi’ MunaadaBab Munada Mudhof pada Ya’ MutakallimBab Isim-Isim yang Hanya Berlaku Pada Nidaa’Bab IstighatsahBab NudbahBab TarkhimBab IkhtitshashBab Tahdziir dan Ighraa’Bab Isim Fi’il dan Isim AshwatBab Nun TaukidBab isim Ghairu MunsharifBab I’rab Fi’ilBab Amil JazmBab Fashl LawBab Ammaa, Laulaa dan LaumaaBab Khabar dari Alladzi dan Alif LamBab Adad BilanganBab Kam, Ka-ayyin dan KadzaBab HikayahBab Ta-nitsBab Maqshur dan MamdudBab Cara Mentatsniyah dan Menjama’kan Isim Maqshur dan MamdudBab Jama’ TaksirBab TashghirBab NasabBab WaqafBab ImalahBab TashrifBab Tambahan Hamzah WashalBab Ibdal Penggantian HurufBab Fashl Penggantian Wau dari YaBab Fashl Berkumpulnya Wawu dan Ya’Bab Fashl Pemindahan Harakah pada Huruf Mati SebelumnyaBab Fashl Penggantian Fa’ Ifti’al pada Ta’Bab Fashl Membuang Fa’ Fi’il Amr dan Fi’il Mudhari’Bab IdghamKhatimah NazhmHarga KitabBerkaitan dengan harga dari kitab yang fenomenal ini, bisa dikatakan harganya terbilang sangat murah dan terjangkau. Berdasarkan pengamatan kami, harga kitab jurumiyah ini berada di kisaran dari angka hingga ratusan ribu rupiah. Perbedaan harga tersebut dipengaruhi dari kertas dan bentuk ukuran harga kitab alfiyah yang kami dapatkan dari beberapa marketplace onlineHargaJenis KitabSekitar Rp. Alfiyah Ukuran SakuSekitar Rp. Alfiyah Ukuran A5Sekitar Rp. Alfiyah Per KataSekitar Rp. Alfiyah Cet DKISekitar Rp. Alfiyah Makna GandulSekitar Rp. Ibnu Aqil Ala AlfiyahSekitar Rp. Alfiyah Syarah Ibnu AqilPenutupBagaimana, sudah jelas mengenai synopsis dan profil dari kitab Alfiyah Ibnu Maik? Semoga dengan membaca ini Anda akan semakin tercerahkan mengenai kitab yang sangat fenomenal dalam ilmu tata bahasa arab Juga10 Kitab yang Biasanya Dipelajari di Pesantren Views Oleh Abdul Muiz Syaerozi Alfiyyah Ibnu Malik demikian populer dan melegenda. Kitab ini di kenal dibelahan dunia, baik daratan timur maupun barat. Di barat, “The Thousand Verses” nama lain dari kitab Alfiyyah Ibnu Malik ini dijadikan panduan utama di bidang kajian linguistik Arab. Di Indonesia, Alfiyyah Ibnu Malik juga di kaji diberbagai daerah. Pesantren-pesantren yang tersebar di wilayah Nusantara hampir tidak ada yang menyingkirkan peranan kitab ini. Semua pesantren menempatkan Alfiyah Ibnu Malik sebagai rujukan utama. Ia menjadi kitab yang paling dominan dalam study gramatika-mortofologi Arab. Besarnya peranan Alfiyyah Ibnu Malik tampaknya menjadi titik puncak bagi harapan si pengarang. Ibnu Malik pernah mengungkapkan melalui satu bait dalam nadzomnya; “Waqad yanubu anhu ma alaihi dal kajidda kullal jiddi wafrokhil jadal”. Nadzom ini seolah-olah mengisyaratkan keinginan Ibnu Malik bahwa Alfiyyah yang benar-benar telah menggantikan perannya munjukkan seperti sebuah langkah penuh keseriusan dan kebahagian yang tiada tara. Harapan akan manfaat kitab Alfiyyah Ibnu Malik bagi dinamika ilmu keislaman juga pernah diungkapkannya melalui salah satu bait dalam nadzomnya; “Wallahu Yaqdhi bihibatin waafiroh li walahu fi darojatil akhiroh”. Semoga dengan ampunan yang sempurna, Allah memberikan aku dan dia Ibnu Mu’thi sebuah drajat tinggi di akhirat. Peran penting Alfiyyah Ibnu Malik tidak hanya di tuntunjukkan oleh geliatnya yang tinggi di Andalusia, melainkan juga pengaruhnya bagi pembentukan karakteristik dan corak keilmuan lainnya. Misal, tafsir al-Makki Ibn Abi Thalib al-qaysi, atau Tafsir al-Muharrar al-Wajiz karangan Ibnu Athiyyah. Tafsir-tasir karangan ulama Andalusia itu ternyata banyak dipengaruhi oleh mencuatnya Alfiyyah Ibnu Malik di daratan tersebut. Ini ditandai dengan cara penafsiran Al Qur’an dengan menggunakan pendekatan Nahwu- Shorof. Tidak hanya itu. Alfiyah Ibnu Malik sebagai pusat perhatian dunia dalam konteks keilmuan gramatika-mortofologi Arab juga di buktikan dengan munculnya kitab-kitab kembangan. Audhah al-Masalik, Taudhih al-Maqa’shid, Manhaj as-Salik, Al-Maqashid as-Syafi’iyyah, syarakh Abu Zayd al-Makudi dan lain-lain adalah kitab reproduksi Alfiyyah Ibnu Malik. Kitab-kitab tersebut merupakan penjelasan secara detail tentang nadzom-nadzom Alfiyah, baik dikemas dengan model Syarah maupun Hasyiyah. Begitu banyak orang yang cenderung mengkajinya, sampai-sampai Ibnu Malik sebagai pengarangnya dinobatkan sebagai Taj ulama an-Nuhaat Mahkota Ilmu Nahwu. Alfiyyah Ibnu Malik adalah karya monumentalnya. Lalu, bagaimana perjalanan intelektual pengarang Alfiyah Ibnu Malik? Dan bagaimana perkembangan Alfiyah di Indonesia saat ini?. Biografi Intelektual Ibnu Malik Ibnu Malik memilki nama lengkap Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad ibnu Abdullah ibnu Malik al-Tha’i al-Jayyani al-Andalusi. Penisbatan kata al-Jayyani al-Andalusi pada dirinya adalah penisbatan dimana daerah ia berasal. Abdillah kecil lahir di kota Jayyan, salah satu kota utama di Andalusia Spanyol bagian Selatan, pada tahun 1203 M. Atau pada bulan Sya’ban tahun 600 H. Ia dikenal sebagai anak yang cerdas. Sejak kecil Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad telah berhasil menghafal al Quran dan ribuan hadis. Karenanya, ia disayang banyak guru. Mula-mula, Ibnu Malik belajar pada ulama-ulama tersohor dikota kelahirannya, seperti Tsabit bin Khiyar, Ahmad bin Nawwar dan Abdullah as-Syalaubini. Dari ketiga tokoh itu, Ibnu Malik kecil memperoleh ilmu-ilmu keislaman. Seiring dengan usianya yang bertambah, Ibnu Malik sangat rajin dan penuh semangat. Ia berhasrat mendalami ilmu-ilmu keislaman yang populer dimasanya, seperti Hadis dan Tafsir. Namun karena situasi politik yang kurang mendukung, Ibnu Malik harus rela meninggalkan kota kelahirannya. Jayyan pada 1246 M jatuh ke tangan tentara Castella. Perjalanannya cukup panjang. Dinasti Muwahhidun tidak lagi menjadi penguasa yang kokoh. Satu persatu daerah kekuasaannya di semenanjung Andalusia jatuh ke pihak lain. Pertama-tama Toledo; kota pusat ilmu pengetahuan di Spanyol Utara, kemudian disusul Huesca. Pada tahun 1119, giliran Zaragoza Sarqasthah terlepas dari tangan Muwahhidun. Lalu Counca pada tahun 1177 M. Tidak hanya kota-kota itu, Silves Syalb, Merida, Bajah atau Badajos, Ibza dan Cordoba jatuh pula ke tangan tentara Castella. Semua ini terjadi pada tahun-tahun yang berbeda. Kemudian pada tahun 1234 Giliran kota Miricia dan kota Tolavera pada tahun 1236 M. Kota Denia dan Lisbona juga jatuh ketangan pihak lain sebelum akhirnya kota Jayyan juga jatuh ketangan tentara Castella. Situasi politik inilah yang memaksa Ibnu Malik harus meninggalkan kota kelahirannya. Ibnu Malik hijarah ke Damaskus, sebuah kota dimana Malik pertama kali singgah sedang mengalami pergeseran kekuasaan; dari dinasti Ayubiyyah ke dinasti Mamalik. Bagi Ibnu Malik, pergeseran ini membawa berkah tersendiri. Pasalnya, Dinasti Mamalik adalah dinasti kuat dengan sitem keamanan yang terjamin sehingga dia dapat mengerahakan segala kemampuannya Badzlul wus’i untuk mengais lebih dalam tentang ilmu –ilmu keislaman dengan leluasa. Di Damaskus, Ibnu Malik justru memalingkan orientasinya. Awalnya hendak memperdalami ilmu Hadis dan Tafsir, tetapi belakangan cenderung ke ilmu nahwu dan shorof. Perubahan orientasi keimuan Ibnu Malik dilatari oleh rasa ingin tahu tentang fenomena struktur bahasa arab yang ia temui berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Padahal, gramatikal arab sangat penting perannya dalam memahami al-qur’an dan Hadis sebagai sumber keilmuan. Sungai disusuri, laut pun hendak di arungi. Demikian pribahasa yang paling tepat untuk menggambarkan sosok Ibnu Malik. Belum puas mendalami ilmu nahwu dan shorof di Demaskus, Ibnu Malik melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke kota Hallab Aleppo,; Syiria Utara. Di kota ini Ibnu Malik belajar kepada Muwaffiquddin ibnu Ya’isy dan Ibnu Amri’un al-Hallabi. Berkat kecakapannya mengkomparasikan teori-teori nahwu-shorof madzhab Iraq, Syam Masyriq dan Andalusia Maghrib, karir intelektual Ibnu malik kian di perhitungkan di kedua kota itu. Ia di kenal dan dinobatkan sebagai taj’ulama an-Nuhat mahkota ilmu nahwu. Ia kemudian diangkat menjadi dosen di madrasah kota Hamat selama beberapa Tahun. Namanya mulai kesohor. Sultan al-Maliku as-Sholih Najmuddin al-Ayyubi, seorang penguasa Mesir, meminta Ibnu Malik mengajar di Kairo Mesir. Ia menetap di Kairo untuk beberapa tahun hingga akhirnya kembali ke Demaskus. Di kota ini, sampai akhir hayatnya, Ibnu Malik menggembleng murid-muridnya yang terkenal, seperti Badruddin Ibnu Malik, Ibnu Jama’ah, Abu Hasan al-Yunaini, Ibnu Nahhas, dan imam an-Nawawi. Selain karya monumentalnya; Alfiyyah Ibnu Malik, Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad ibnu Abdullah ibnu Malik al-Tha’i al-Jayyani al-Andalusi juga mengarang banyak kitab antara lain, al-Muwashal Fi Nadzm al-Mufashsal, Sabk al-Mandzum wa-fakk al-Makhtum, Ikmal al-Alam bi Mutslats al-Kalam, Lamiyah al-Afal wa-Syarhuha, al-Muqoddimah al-Asadiyah, iddah al-Lafidz wa-umdah al-Hafidz, al-Itidha fi az-Zha wa ad-Dhad dan irab Musykil al Bukari. Kebanyakan kitab-kitab yang dikarangnya ini mengetengahkan tema-tema Linguistik. Reproduksi Alfiyyah Ibnu Malik di Indonesia Di Indonesia, Alfiyyah Ibnu Malik disambut antusias. Dari dulu hingga kini pesantren-pesantren yang tersebar di berbagai wilayah mengkaji kitab ini. Bahkan, dalam pandangan masyarakat pesantren, seseorang akan dikatakan alim jika dia benar-benar telah memahami dan sekaligus hafal nadzom-nadzom Alfiyah secara keseluruhan. Kompetisi para santri yang di wujudkan dalam bentuk lomba-lomba atau musabaqoh hafalan Alfiyyah membuktikan pentingnya Alfiyyah di mata masyarakat pesantren. Bagi para pemenang, tidak hanya mendapatkan medali secara material, melainkan pula hadiah sosial. Pemenang akan dianggap sebagai santri yang cerdas dan pandai. Selain di hapal dan di pahami, Kitab Alfiyah Ibnu Malik juga di kembangkan. Seperti di pondok pesantren Lirboyo Kediri, Pondok Pesantren Ploso, Pondok Pesantren Sarang Rembang, Pondok Pesantren Tegal Rejo Magelang, Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon dan pesantren-pesantren lainnya. semua kitab-kitab reproduksi itu, kebanyakan tanpa mencantumkan nama penyusun dan hanya mencantumkan nama penulis khotnya. Paling tidak, ada tiga model kitab reproduksi Alfiyah Ibnu Malik yang berkembang di pesantren. Pertama, model pembahasan menyeluruh. Model ini berusaha menjelaskan perkalimat dari lafadz-lafadz atau kalimat-kalimat yang tercantum di dalam nadzom Alfiyyah Ibnu Malik. Kedua model penjelasan terbatas. Model ini hanya memaparkan atau menjelaskan kalimat-kalimat yang dianggap perlu dipaparkan secara naratif. Dan terakhir adalah model penjelasan pernadzham. ini lebih cenderung menjelaskan satu atau beberapa nadzhom yang masih berbicara dalam satu tema. Secara teknis, penulisan kitab-kitab reproduksi Alfiyah Ibnu Malik ada yang menggunakan bahasa arab dan ada pula yang menggunakan arab pegon. Namun kesemuanya, tetap mengacu pada kitab-kitab garamatika Arab karya ulama-ulama timur tengah sebagai bahan rujukannya. Hal ini mungkin karena belum ditemukannya kitab-kitab gramatika-mortofologi Arab karya ulama-ulama Nusantara masa lalu. Dan yang paling menarik adalah penamaan atas kitab-kitab kembangan Alfiyah itu. Di pesantren Babakan Ciwaringin misalnya, kitab itu di istilahkan dengan takriran. Ini berbeda dengan pesantren Lirboyo. Di Lirboyo, istilah yang digunakan adalah Taqrir. Begitu pula di pesantren Tegal rejo. Pesantren ini menggunakan istilah tahrir. Perbedaan itu, apakah sebatas perbedaan dialek atau karena memang mempunyai makna yang beda sama sekali. Ini tentu harus mendapatkan perhatian secara khusus. Wallahu alam bissawab. Terjemah Lengkap Kitab Matan Alfiyah Ibnu Malik – Kitab matan Alfiyah ibnu Malik merupakan kitab yang populer dan sering di kaji pada kalangan pesantren. Setiap orang yang pernah nyantri atau mondok di pesantren pasti pernah mempelajari kita yang satu ini. Kitab matan Alfiyah ibnu Malik, merupakan kitab yang membahas tentang seluruh Ilmu Nahwu dan Shorof. Namun dibalik kitab yang fenomenal ini, ternyata ada kisah yang jarang kita ketahui. Kisah ini pula yang mempengaruhi berubahnya jumlah baik dalam kitab tersebut yang tadinya berjumlah 1000 bait menjadi 1002 bait. Penasaran bagaimana kisah dibalik 1002 bait kitab matan Alfiyah ibnu Malik ini? tidak usah berlama – lama mari langsung saja kita simak kisahnya dibawah berikut ini ! Khulasoh tentang Syaikh ibnu Malik Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy yang lebih dikenal dengan nama Imam Ibnu Malik. Beliau berasal dari Andalusia yang sekarang dikenal Spanyol, daerah yang pada waktu itu di taklukan oleh pasukan kaum muslimin dibawah pimpinan panglima besar yang bernama Thariq bin Ziyad. Daerah ini juga yang pada waktu itu menjadi pelarian terakhir bagi Saqor Quraisy rajawali dari kabilah Quraisy yang lari dari kejaran orang – orang yang berasal dari bani Abbasiyah yang telah berhasil menundukkan kekuasaan daulah bani Umayyah. Daerah itu yang disebut daerah Andalusia yang sekarang lebih dikenal dengan negara Spanyol. Dari daerah ini maha karya yang berhasil Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy imam Ibnu Malik torehkan inilah yang kemudian dikenal oleh masyarakat dunia dengan nama “Alfiyah Ibnu Malik” yang membahas tentang kaidah – kaidah ilmu nahwu sintaksis dan Sharaf morfologi. Yang mana kata Alfiyah berarti seribu 1000 yang menunjukan bahwa jumlah nadzam dalam kitab ini adalah seribu bait. Baca Belajar Bahasa Arab Dasar Keunikan Kitab Matan Alfiyah ibnu Malik Kitab matan Alfiyah ibnu Malik memiliki perbedaan dengan kitab – kitab matan biasanya pada wakut itu, yakni pada awal nazam bab mukadimah pendahuluan, beliau ibnu Malik menggunakan lafal dari fiil madhi, yaitu fiil kata kerja yang di dalam pelaksanaannya terkandung zaman madhi masa yang sudah lewat atau terjadi. Ini adalah hal yang tidak lazim berbeda dengan kitab – kitab seperti biasanya pada waktu itu, di mana para musanif – musanif para pengarang kitab lain dalam mengawali penyusunan kitabnya, mereka lebih sering dan cenderung menggunakan lafal dari fiil mudhari’ yang di dalamnya terkandung zaman hal masa yang sedang terjadi/dilakukan atau zaman istiqbal masa yang akan dilakukan. Baca Kamus Besar Bahasa Arab Lengkap Maksud Imam ibnu Malik mengawali Bait Nazdamnya dengan Fi’il Madhi Pada bait pertama berbunyi ……….. قال محمد هو ابن مالك Artinya “Muhammad yakni putra Malik telah berkata …… ” Pada bait inilah keunikan dalam maha karya Alfiyah Ibnu Malik dari beribu keunikan atau mungkin malah jutaan keunikan yang ada pada kitab tersebut. Sebab, pada halaman pertama kita langsung diberikan pemandangan yang berbeda dari kitab – kitab yang lain pada umumnya waktu itu, yang mungkin bagi sebagian dari kita akan dibuatnya berpikir dan mengangan – angannya. Dari sinilah yang menunjukkan serta menjadi tolak ukur dari betapa tingginya kadar intelektualitas dan kecerdasan beliau, yang mana pada saat beliau menyusun dan menulis kitab Alfiyah Ibnu Malik, sebanyak 1000 nadzam bait yang menjadi isinya telah beliau simpan dalam memori otak beliau. Oleh karenanya beliau hanya tinggal menulis dan menyusunnya saja dalam sebuah kitab sesuai apa yang telah terekam dalam memorinya. Merupakan suatu hal yang sangat langka yang dilakukan oleh musanif lain dalam menyusun sebuah karya. Baca Bahasa Arab Ruang Belajar Selain itu, ada hal yang menarik lagi lainnya yang terjadi pada awal penyusunan kitab Alfiyah Ibn Malik ini, yakni yang seharusnya kitab ini disusun dengan jumlah 1000 bait berubah menjadi 1002 bait. Kenapa Kitab Alfiyah ini mempunyai lebih hanya 2 Bait? Hal ini terjadi ketika beliau mulai menulis kitab Alfiyah ini. Ketika beliau memulai menulis baik setiap huruf – huruf, kalimat, dan akhirnya tersusun menjadi sebuah nazam yang utuh. Ketika proses penulisan itu berjalan suatu kejadian aneh terjadi. Pada saat beliau sampai pada nadzam baris kelima, yakni فائقة ألفية ابن معطي ……………………………..………………………….……….……………………. Artinya “…….. Kitab Alfiyyah ini lebih mengungguli kitab Alfiyah Ibnu Mu’thi.” Tiba – tiba semua hafalan dan memori dalam otak yang semula beliau hafal, semua rancangan 1000 nadzam itu pun hilang, sirna hingga beliau tidak bisa mengingat satu huruf sama sekali. Kebingungan pun mendera dan mengusik hati beliau. Hari demi hari lamanya penulisan kitab ini terhenti. Hingga akhirnya suatu hari beliau berziarah ke makam gurunya yang bernama Imam Ibnu Mu’thi. Imam Ibnu Mu’thi ini merupakan guru dari Imam Ibnu Malik dan Beliau juga memiliki sebuah kitab susunan yang berisi 1000 nadzam, sama seperti kitab Alfiyah ibnu Malik yang lebih dikenal dengan nama Alfiyyah Ibnu Mu’thi. Sebagai penghilang kesedihannya, beliau Imam Ibnu Malik membaca tahlil, tahmid, dan takbir di makam guru beliau tersebut. Sampai suatu saat tanpa sadar beliau tertidur disana. Di dalam tidurnya beliau bermimpi bertemu dengan Imam Ibnu Mu’thi yang menegurnya bahwa apa yang Imam Ibnu Malik lakukan pada saat menyusun kitab Alfiyyah ini, terdapat suatu kesalahan. Dalam mimpi tersebut Imam Ibnu Mu’thi berkata “Wahai muridku, apakah kamu lupa siapakah aku ini?” Beliau pun seketika terbangun dari keterjagaannya dan masih dalam kebingungan serta terkejut, lalu beliau teringat akan sebuah nadzam terakhir yang beliau tulis. Sehingga beliau teringat “ya di situlah akar permasalahanya,” pikir beliau. Apa yang sebenarnya terjadi dalam Bait terakhir ? Di dalam nazam terakhir yang beliau tulis, beliau menyebutkan bahwa kitab Alfiyyah ini yang beliau susun lebih mengungguli dari kitab Alfiyah yang disusun terlebih dahulu oleh guru beliau yakni Imam Ibnu Mu’thi. Hal ini sangat bertentangan dengan sifat akhlakul karimah, tata krama yang seharusnya dilakukan oleh seorang murid kepada gurunya. Sehingga untuk menenebus kesalahan dan sebagai rasa permintaan maaf dan ampunan dari Allah Swt serta guru beliau tersebut, maka beliau pun menambahkan dan menyusun dua nadzam di bawah ini وهو بسبق حائز تفضيلا مستوجب ثنائي الجميلا “Beliau lebih memperoleh keutamaan karena lebih awal Beliau behak atas sanjunganku yang indah. “ والله يقضي بهبات وافرة لي وله في درجات الأخرة “Semoga Allah menetapkan karunianya yang luas untukku dan untuk beliau pada derajat-derajat tinggi akhirat.” Setelah beliau menyusun dua nadzam di atas yang menjadi ungkapan hati beliau, maka dengan izin Allah semua susunan 1000 nazam yang semula hilang dari ingatan memori beliau tersebut seketika itu juga kembali lagi dan Imam Ibnu Malik dapat meneruskan penyusunan kitab Alfiyyahnya lagi. Maka dari kisah di atas, kita dapat mengetahui bahwa yang semula tadinya nadzam Alfiyyah Ibnu Malik berjumlah 1000 nadzam, bertambah dua nadzam pada bab Muqaddimahnya sehingga menjadi 1002 nadzam. Kisah ini bisa kalian lihat dalam buku “Lantunan Bait Sentuhan Ruh, Menyingkap Kearifan Imam Ibnu Malik dalam deretan Bait Berisikan Kalam Hikmah, Falsafah Hidup, Nasihat dan Kalam”. Demikianlah kisah 1002 bait matan Alfiyah ibnu Malik. Semoga bermanfaat ….. – Dalam khazanah intelektual pesantren di Nusantara, terdapat satu kitab monumental yang sering dikaji dan dihapalkan, maha karya Syekh Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy. Khalayak umum lebih mengenal beliau dengan sebutan nama Imam Ibnu Malik. Beliau berasal dari sebuah daerah yang ditaklukkan oleh pasukan kaum muslimin di bawah pimpinan panglima besar Thariq bin ini pula yang menjadi pelarian terakhir bagi saqor Quraisy rajawali dari kabilah Quraisy yang lari dari kejaran orang – orang Bani Abbasiyah yang telah berhasil menundukkan kekuasaan Daulah Bani Umayyah. Daerah tersebut adalah Andalusia yang sekarang lebih dikenal dengan negara Spanyol. Dan adi karya yang berhasil beliau imam Ibnu Malik torehkan inilah yang kemudian dikenal oleh masyarakat dunia dengan nama “Alfiyah Ibnu Malik” yang membahas tentang kaidah-kaidah ilmu Nahwu sintaksis dan Sharaf morfologi.Pada awal nazam bab mukadimah pendahuluan, beliau menggunakan lafal dari fiil madhi, yaitu fiil kata kerja yang di dalam pelaksanaannya terkandung zaman madhi masa yang sudah lewat/terjadi. Ini adalah hal yang tidak lazim, di mana musanif-musanif para pengarang kitab lain dalam mengawali penyusunan kitabnya, mereka lebih sering dan cenderung menggunakan lafal dari fiil mudhari’ yang di dalamnya terkandung zaman hal masa yang sedang terjadi/dilakukan atau zaman istiqbal masa yang akan dilakukan.Lalu apa maksud beliau Imam Ibnu Malik mengawali nazam bait Alfiyyah dengan fiil madhiقال محمد هو ابن مالك……“Muhammad yakni putra Malik telah berkata”Inilah keunikan dari beribu keunikan atau mungkin malah jutaan keunikan yang ada pada maha karya Alfiyah Ibnu Malik. Pada halaman pertama, kita langsung disuguhi pemandangan yang berbeda dari kitab yang lain, yang mungkin bagi sebagian dari kita akan dibuatnya berpikir dan mengangan-angannya. Ini menunjukkan dan bisa menjadi tolak ukur dari betapa tingginya kadar intelektualitas dan kecerdasan beliau, di mana pada saat beliau menyusun dan menulis kitab Alfiyah Ibnu Malik, 1000 nazam bait yang menjadi isinya telah beliau simpan dalam memori otak beliau. Sehingga beliau tinggal menulis dan menyusun saja sesuai apa yang telah terekam dalam memorinya. Hal yang sangat langka dilakukan oleh musanif lain dalam menyusun sebuah hal menarik lainnya terjadi pada awal penyusunan kitab Alfiyah Ibn Malik. Yakni tentang mengapa dalam Alfiyah Ibnu Malik terdapat 1002 nazam, padahal seharusnya hanya 1000 bait saja sesuai dengan namanya Alfiyah yang berarti seribu. Setelah beliau Imam Ibnu Malik menyimpan semua isi kitab Alfiyah Ibnu Malik di dalam memori otak beliau, beliau pun mencoba mewujudkannya dalam bentuk susunan sebuah kitab. Beliau tulis setiap huruf, kalimat, dan akhirnya tersusun menjadi sebuah nazam yang utuh. Begitu terus berjalan. Namun suatu kejadian aneh terjadi. Pada saat beliau sampai pada nazam baris kelimaفائقة ألفية ابن معطي …………………………….. ………………………….……….…………………….“Kitab Alfiyyah ini lebih mengungguli kitab Alfiyah Ibnu Mu’thi.”Tiba-tiba semua hafalan dan memori dalam otak, semua rancangan 1000 nazam itu pun sirna, hilang dan beliau tidak mengingat satu huruf pun. Kebingungan mendera dan mengusik hati beliau. Berhari-hari lamanya penulisan kitab ini terhenti. Hingga suatu saat beliau berziarah ke makam Imam Ibnu Mu’thi. Imam Ibnu Mu’thi ini merupakan guru dari Imam Ibnu Malik. Beliau juga memiliki kitab susunan yang berisi 1000 nazam, yaitu lebih dikenal dengan Alfiyyah Ibnu Mu’thi. Sebagai penghilang kesedihannya, beliau Imam Ibnu Malik membaca tahlil, tahmid, dan takbir di makam guru beliau tersebut. Tanpa sadar beliau tertidur dalam tidurnya beliau bermimpi bertemu dengan Imam Ibnu Mu’thi yang menegurnya bahwa apa yang Imam Ibnu Malik lakukan pada saat menyusun kitab Alfiyyah ini, terdapat suatu kesalahan. Imam Ibnu Mu’thi berkata “Wahai muridku apakah kamu lupa siapakah aku ini? Beliau pun terbangun dari keterjagaannya dan masih dalam kebingungan serta terkejut, beliau teringat akan sebuah nazam terakhir yang beliau tulis. “Ya di situlah akar permasalahanya,” pikir dalam nazam terakhir yang beliau tulis, beliau menyebutkan bahwa kitab Alfiyyah yang beliau susun adalah lebih mengungguli dari kitab Alfiyah yang disusun terlebih dahulu oleh guru beliau yakni Imam Ibnu Mu’thi. Hal ini sangat bertentangan dengan akhlakul karimah, tata krama yang seharusnya dilakukan oleh seorang murid kepada untuk menenbus kesalahan dan sebagai rasa permintaan maaf dan ampunan dari Allah Swt serta guru beliau tersebut, maka beliau pun menyusun dua nazam di bawah iniوهو بسبق حائز تفضيلا مستوجب ثنائي الجميلاMeskipun demikian, beliau Imam Ibnu Mu’thi tetap memiliki kelebihan dan pantas dipuji. Sebab dalam mengarang kitab Alfiyyah, beliau lebih dahulu dari pada saya Imam Ibnu Malikوالله يقضي بهبات وافرة لي وله في درجات الأخرةSemoga Allah melipatgandakan pahala yang Allah berikan kepadaku dan kepada beliau guruku Imam Ibnu Mu’thi kelak di akhirat beliau menyusun dua nazam di atas yang menjadi ungkapan hati beliau, maka dengan izin Allah semua susunan 1000 nazam yang semula hilang dari ingatan memori beliau seketika itu pula kembali lagi dan Imam Ibnu Malik dapat meneruskan penyusunan kitab uraian cerita di atas, dapat diketahui yang semula nazam Alfiyyah Ibnu Malik berjumlah 1000 nazam, bertambah dua nazam pada bab Muqaddimah sehingga menjadi 1002 nazam. Wa Allahu A’lam bis Shawab.Diolah dari buku Lantunan Bait Sentuhan Ruh, Menyingkap Kearifan Imam Ibnu Malik dalam deretan Bait Berisikan Kalam Hikmah, Falsafah Hidup, Nasihat dan Kalam Tasawwuf karya M. Khalilur Rahman.

cerita alfiyah ibnu malik